Lawang dan Batu – Produksi pertanian berkelanjutan menjadi perhatian utama dalam menghadapi krisis lingkungan akibat praktik pertanian konvensional. Untuk mendukung upaya ini, Program Studi Agroteknologi UMM melaksanakan kegiatan pendampingan berbasis sekolah yang dilaksanakan di SMAN 1 Lawang pada 7 November 2024 dan SMAN 2 Batu pada 8 November 2024. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan teknologi pertanian ramah lingkungan kepada siswa sebagai alternatif pupuk organik yang lebih aman bagi lingkungan.

 

Biovermiwash merupakan cairan hasil ekstraksi cacing tanah yang mengandung nutrisi, enzim, dan hormon pertumbuhan alami yang bermanfaat bagi tanaman. Sebagai bagian dari teknologi pertanian berkelanjutan, biovermiwash diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang sering kali merusak keseimbangan ekosistem.

 

Pendampingan ini menghadirkan pemateri yang berkompeten di bidangnya, yakni Bapak Dr. Ir. Agus Zainudin, MP., Bapak Prof. Dr. Ir. Syarief Husain, MP., Bapak Erfan Dani Septia SP., MP., dan Ibu Nur Izzatul Maulidah, SP, MP, Ph.D. Para pemateri memberikan edukasi kepada siswa melalui metode kombinasi antara teori dan praktik. Siswa tidak hanya diberikan pemahaman tentang konsep biovermiwash, tetapi juga diajak langsung untuk mempraktikkan cara pembuatannya.

 

Dalam sambutannya, Bapak Agus Zainudin selaku Kaprodi Agroteknologi UMM menyampaikan bahwa penerapan teknologi pertanian berbasis biologis harus terus dikembangkan sebagai solusi dalam menghadapi tantangan pertanian modern. “Kegiatan ini menjadi salah satu langkah penting dalam memperkenalkan teknologi pertanian ramah lingkungan kepada generasi muda. Kami berharap siswa dapat memahami dan menerapkan ilmu yang didapat sehingga ke depan, pertanian berkelanjutan bisa semakin berkembang,” ujarnya.

 

Sementara itu, Ibu Wenang, selaku perwakilan SMAN 1 Lawang, mengapresiasi kegiatan ini sebagai bentuk pembelajaran yang aplikatif bagi siswa. “Kami sangat menyambut baik program ini karena tidak hanya memberikan wawasan baru bagi siswa, tetapi juga melatih keterampilan mereka dalam mengembangkan teknologi pertanian yang ramah lingkungan,” ungkapnya.

 

Senada dengan hal tersebut, Ibu Wiwik, selaku Waka Kurikulum SMAN 2 Batu, menyampaikan bahwa kegiatan ini selaras dengan visi sekolah dalam memberikan pengalaman belajar yang berbasis praktik. “Pembelajaran berbasis pengalaman langsung seperti ini sangat bermanfaat bagi siswa. Kami berharap kegiatan serupa dapat terus dikembangkan untuk membekali siswa dengan keterampilan yang relevan dengan dunia pertanian masa depan,” katanya.

 

Hasil evaluasi yang dilakukan melalui pre-test dan post-test menunjukkan peningkatan pemahaman siswa yang cukup signifikan. Sebelum pelatihan, tingkat pemahaman siswa terhadap konsep pembuatan biovermiwash hanya 51%, namun setelah pelatihan meningkat menjadi 82%, dengan total peningkatan sebesar 60,62%. Hasil ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran berbasis praktik lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa mengenai teknologi pertanian berkelanjutan.

Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya pertanian yang ramah lingkungan. Dengan pemahaman yang lebih baik, siswa diharapkan dapat menerapkan teknologi biovermiwash tidak hanya dalam skala kecil di sekolah, tetapi juga di lingkungan sekitar mereka. Program ini menjadi langkah awal dalam menciptakan kebiasaan bertani yang lebih berkelanjutan dan menjaga keseimbangan ekosistem untuk masa depan yang lebih hijau.

(Izz. Red)

×